Cybernusa.id – INDRAMAYU
Kabar mengejutkan datang dari dunia seni, kali ini terkait dengan “Sandiwara Sang Bumi Darma”, yang dikabarkan belum membayar sebagian pekerja seni yang terlibat dalam produksi mereka.
Beberapa pekerja seni yang memilih untuk tidak disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap janji pembayaran yang tak kunjung ditepati oleh pihak pengelola.
Menurut salah satu pekerja seni yang terlibat, pihak pimpinan sebelumnya berjanji untuk segera menyelesaikan masalah pembayaran.
Namun, ketika mereka mencoba menghubungi pimpinan, hanya ada alasan-alasan yang belum memadai.

Ia, juga menyatakan keraguannya ketika diajak untuk mendatangi tempat atau mes sandiwara, karena khawatir tidak ada orang di sana.
Janji yang Tak Terpenuhi
Kekesalan semakin memuncak ketika pekerja seni tersebut menjelaskan bahwa janji-janji penyelesaian pembayaran hanya berputar di tempat.
Bahkan, ketika ia mau mendatangi tempat mes sandiwara bersama teman-teman mereka, mereka justru dilarang untuk ke mes dengan alesan tidak ada orang yang semakin menambah kekecewaan. Tak hanya itu, janjinya pun hanya berbentuk kata-kata tanpa tindakan nyata.
Tak hanya itu ia menyoroti soal kekurangan pembayaran gaji, yang hingga kini belum diurus dengan baik.
Ia menambahkan apalagi mendengar bahwa sandiwara tersebut telah diserahkan kepada sekretaris untuk mengelola kelanjutannya,ini gimana harus di lunasi duluh sisa kekurangannya
Sementara itu Biuk selaku Pimpinan Sandiwara Sang Bumi Darma
Menanggapi keluhan terkait keterlambatan pembayaran gaji para pekerja seni. Menurutnya, keterlambatan tersebut disebabkan oleh penggunaan dana yang seharusnya untuk membayar pekerja, yang diprioritaskan untuk membantu salah satu anggota yang sedang dirawat di rumah sakit.
Namun, pimpinan juga mengungkapkan bahwa hanya sebagian orang yang menerima pembayaran, dan nominalnya pun tidak memadai, hanya sekitar Rp 450.000, untuk satu orang
Biuk, Pimpinan Sandiwara Sang Bumi Darma juga mengungkapkan permohonan maaf atas keterlambatan pembayaran dan berharap bisa segera menyelesaikan masalah ini. Ia berjanji untuk menyerahkan sisa pembayaran ketika dana sudah tersedia dan berharap para pekerja seni dapat memahami situasi tersebut.
Namun, janji-janji ini tetap menjadi pertanyaan besar bagi mereka yang merasa dirugikan dan belum menerima hak mereka.
Sebagai sebuah organisasi seni, masalah ini tentu menjadi sorotan, karena selain merugikan pekerja, juga mencoreng nama baik dunia seni yang seharusnya dihargai dengan adil dan profesional.
Dunia seni memang menghadapi tantangan besar dalam hal pengelolaan dan penghargaan terhadap pekerja seni, terutama dalam hal pembayaran yang tepat waktu.
Semoga masalah ini segera menemui titik terang dan tidak ada lagi pekerjaan seni yang terabaikan dalam hal hak-haknya.